Setelah puasa selama dua pekan, Bank Indonesia kemarin melakukan lelang Sertifikat Bank Indonesia. "Ini bagian dari masa transisi sebelum lelang menjadi satu bulanan yang akan terlaksana bulan depan (Juni)," kata Difi A Johansyah, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia, Rabu (28/4/2010).
Dalam lelang kemarin, Bank Indonesia (BI) menyerap seluruh penawaran yang masuk untuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor enam bulan. Sebaliknya, BI hanya menyerap separuh penawaran yang masuk untuk SBI bertenor satu bulan dan tiga bulan. Hal serupa ini terjadi pada lelang sebelumnya pada minggu kedua April 2010.
Padahal, hingga awal April 2010, BI masih menyerap semua penawaran yang masuk untuk SBI bertenor tiga dan enam bulan. Difi bilang, tujuan BI mengurangi penyerapan SBI bertenor satu dan tiga bulan adalah menggiring perbankan ke arah pengelolaan likuiditas dalam perspektif jangka panjang.
Direktur Riset Ekonomi dan Moneter BI Perry Warjiyo menjelaskan, perubahan ini bisa memancing perbankan tidak lagi menaruh sebagian dananya di SBI. Dengan begitu, para bankir akan menyalurkan dana lewat kredit kepada masyarakat atau mengalir ke pasar uang antarbank (PUAB) sehingga kebijakan moneter bisa makin efektif. "Ini terlihat dari dana asing yang mulai mengarah ke SBI tenor tiga dan enam bulan," ujarnya.
Ekonom Senior Bank Mandiri, Mochammad Doddy Ariefianto, bilang, penyerapan SBI berdurasi satu dan tiga bulan yang mulai menyusut bisa saja terjadi karena kemungkinan target moneter BI sudah tercapai. BI memperkirakan, uang beredar alias M2 sebesar Rp 2.150 triliun sampai Rp 2.200 triliun. "Kemungkinan besar M2 ini sudah mencapai target. Jadi, BI menyerap penawaran secukupnya saja. Bulan Maret lalu penyerapannya agresif sekali," katanya.
Operasi sterilisasi
Doddy menerangkan, untuk mencapai target operasi moneter, biasanya BI melakukan intervensi. Salah satunya melalui penyerapan dana dalam lelang SBI. Hal ini terutama terkait derasnya dana asing yang masuk ke SBI.
Per 9 April 2010, dana asing di SBI mencapai Rp 71,8 triliun. Padahal, akhir Maret 2010, porsinya masih sekitar Rp 63,1 triliun. Nah, menurut Doddy, dengan masuknya dana asing ini, artinya BI tidak hanya melakukan intervensi, tetapi juga melakukan sterilisasi, yaitu pembelian dollar dan melepas rupiah ke pasar. Akibatnya, likuiditas menjadi melimpah.
Likuiditas yang melimpah ini ujung-ujungnya membuat PUAB menjadi tertekan. Bunga PUAB saat ini sudah berada di bawah BI Rate. "Intinya, BI harus memerhatikan bunga PUAB ini. BI harus memastikan suku bunga PUAB tidak melenceng secara persisten dari BI Rate," ujarnya.
Wakil Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja membenarkan melimpahnya likuiditas perbankan. Alhasil, tak banyak bank yang tertarik masuk di PUAB. "Tidak banyak yang membutuhkan dari pasar uang. Bunga PUAB juga di bawah BI rate," ucap Jahja.
Per 20 April lalu bunga PUAB satu minggu 6,15 persen. "Sepertinya pasar lebih banyak mencari PUAB untuk kebutuhan jangka pendek," lanjut Jahja.
Kamis, 29 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar